HIDAYAH CELL SINGASARI CIBODAS JONGGOL BOGOR KAMI MELAYANI PULSA ELEKTRIK, PULSA PAKET DATA INTERNET INDOSAT, TELKOMSEL, XL, AXIS, THREE, PULSA LISTRIK PLN ATAU TOKEN, PEMBAYARAN TAGIHAN LISTRIK, AKSESORIS HANDPHONE, PEMBAYARAN IURAN BPJS KESEHATAN, BISA JUGA PELAYANAN FOTO COPY, PRINT OUT, CETAK PHOTO DIGITAL, JASA PENGETIKAN, JUAL MATERAI DAN LAIN LAIN

Senin, 26 Desember 2016

INDAHNYA WANITA BERJILBAB

Sampai Kapan Enggan Berjilbab?

Wanita berjilbab sungguh mulia di mata Islam. Dan berjilbab adalah perintah yang wajib bagi setiap wanita muslimah karena itu akan lebih memuliakan dan menjaga diri wanita.

Ada seorang imam masjid di Perancis ditanya,
“Kenapa Allah memerintahkan wanita untuk mengenakan jilbab?”

Imam tersebut ketika itu mengambil dua permen yang dibungkus. Lalu salah satunya dibuka plastik atau pembungkusnya.

Imam tersebut bertanya pada orang Perancis tadi,
“Permen mana yang engkau pilih?”

Orang Perancis tersebut menjawab,
“Tentu aku akan memilih yang masih tertutup.”

Imam tersebut lantas tersenyum, lalu berkata,
“Itulah keadaan wanita muslimah pada umat Islam.

Wanita muslimah yang berjilbab lebih berharga jutaan kali dari permen yang masih terbungkus, bahkan lebih berharga dari emas dan permata.”

Perintah jilbab telah disebutkan dalam ayat berikut,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا

“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab: 59)

Syaikh As Sa’di rahimahullah berkata,
“Ayat di atas menunjukkan, orang yang tidak mengenakan jilbab akan lebih mudah digoda. Karena jika seorang wanita tidak berjilbab, maka orang-orang akan mengira bahwa ia bukanlah wanita ‘afifaat (wanita yang benar-benar menjaga diri atau kehormatannya). Akhirnya orang yang punya penyakit dalam hatinya muncul hal yang bukan-bukan, lantas mereka pun menyakitinya dan menganggapnya rendah seperti anggapan mereka itu budak. Akhirnya orang-orang yang ingin berlaku jelek merendahkannya.” (Taisir Al Karimir Rahman, hal. 671)

Wahai ukhti muslimah, sampai kapan engkau enggan berjilbab?

Tanyakanlah pada dirimu, apakah engkau akan menunda sampai maut menjemputmu?

Hanya Allah yang memberi taufik.

Referensi:
http://ejabat.google.com/ejabat/b-thread?tid=5fdd9b7f5573558c

Catatan singkat @ Masjidil Haram, 8 Rabi’ul Awwal 1435 H saat menunggu shalat Isya.

Oleh: Akhukum fillah,
Al-Ustâdz Abu Rumaysho, Muhammad Abduh Tuasikal bin Usman Tuasikal

Artikel www.rumaysho.com | Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat

[Sumber : https://rumaysho.com/5822-sampai-kapan-enggan-berjilbab.html ]

♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁 Grup WA & TG : Dakwah Islam
🌐 TG Channel : @DakwahAkhawat

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Reposted by :
Sandihardiansyah123.blogspot.com

Senin, 12 Desember 2016

HIDAYAH CELL SINGASARI CIBODAS JONGGOL BOGOR

HIDAYAH CELL SINGASARI CIBODAS JONGGOL BOGOR, Tempat isi ulang pulsa elektrik, pulsa paket kuota internet, pulsa paket sms, pulsa listrik atau token listrik pln, pembayaran bpjs kesehatan, pembayaran tagihan listrik, aksesoris hp seperti baterai, charger, headset, memory card, card reader, flash disk, kartu perdana tersedia juga materai, foto copy, print colour, cetak photo digital, dan penjualan atk sederhana. Silahkan berkunjung sambil bersilaturahmi. Jazaakumullah Khoiron

HIDAYAH CELL

Sabtu, 19 November 2016

PENUTUP WANITA

🌹TEGAR DENGAN JILBAB🌺

Al-Ustâdz Abu Ubaidah, Muhammad Yusuf bin Mukhtar bin Munthohir As-Sidawi

Di tengah-tengah asyiknya para wanita dengan mode busana ala barat, di saat para wanita lelap dimanjakan oleh kemajuan zaman, di sana ada sekelompok wanita shalihah dengan anggun dan sopan mengenakan mahkota mereka, yaitu jilbab muslimah, tanpa peduli cemooh, ejekan, dan hinaan masyarakat kampungnya. Karena mereka mengetahui betul hadits Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sangat populer dan akrab di telinga:

بَدَأَ اْلإِسْلاَمُ غَرِيْبًا وَ سَيَعُوْدُ غَرِيْبًا كَمَا بَدَأَ فَطُوْبَى لِلْغُرَبَاءِ

Islam ini pada awalnya datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing lagi. Maka sungguh berbahagia orang-orang yang asing. (HR. Muslim)

Dalam satu sisi, kita patut bersyukur, karena di zaman kita sekarang dan di negeri kita yang mayoritas Islam ini, kesadaran mengenakan busana muslimah cukup lumayan. Bahkan kian hari bertambah meningkat. Namun dalam sisi lain, ternyata masih banyak saudari kita yang salah paham dengan hakikat jilbab muslimah, mereka menyangka jilbab hanya sekedar kerudung saja. Akhirnya, seperti kita lihat sekarang ini; banyak wanita berkerudung tapi bercelana jeans, berkaos ketat, berpakaian tembus pandang, memakai pakaian di atas lutut, dan sebagainya. Seakan-akan, kerudung tak ubahnya hanya sebagai aksesori belaka.

Ketahuilah, Alloh Ta’ala telah mewajibkan kepada segenap wanita muslimah yang telah mencapai usia baligh untuk memakai jilbab.

Hal ini termaktub dalam al-Qur’an:

يَآأَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَآءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلاَبِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلاَ يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang-orang mukmin, hendaknya mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alloh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. al-Ahzab: 59)

Ayat yang mulia ini secara tegas dan jelas menunjukkan bahwa jilbab merupakan perintah dan syari’at Alloh Ta’ala kepada segenap wanita muslimah, bukan seperti yang didengungkan sebagian kalangan. Kata mereka, jilbab muslimah hanyalah tradisi wanita Arab karena mereka tinggal di daerah panas. Sungguh amat besar kedustaan yang keluar dari mulut mereka!!

Apabila setiap wanita menyadari bahwa jilbab merupakan perintah agama, bukan hanya sekedar mode semata –Insya Alloh– kami yakin dia akan tegar menjalankan kewajiban ini, apa pun risikonya. 

Tegarlah wahai saudariku muslimah dengan mahkota jilbabmu. Selamat berjuang. Allahu Akbar!

📚 CHANNEL LENTERA DAKWAH
Channel Telegram  @yusufassidawi
📲 JOIN : http://bit.ly/LenteraDakwah
-
🌐 abiubaidah.com | Membela Agama dengan Ilmu dan Hujjah

♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁 Grup WA & TG : Dakwah Islam
🌐 TG Channel : @DakwahAkhawat

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Minggu, 06 November 2016

BERPIKIRLAH WAHAI SAUDARAKU

🌵👣🌵 *Sudahkah Kita Memikirkannya ?*

✍Oleh Ustadz Asim Abdurrahman _hafidzohulloh_

Diceritakan oleh Salim bin Basyir bahwa Abu Hurairah sempat menangis dikala ia sakit, maka ditanyakan kepada beliau perihal tangisannya, maka beliau menjawab: *_“Sungguh aku menangis bukan karena dunia ini akan tetapi aku menangis  karena aku memikirkan perjalananku setelah kepergianku (meninggal) sedang perbekalanku amatlah sedikit dan nanti hanya ada surga dan neraka yang aku tidak pernah tahu dimana aku bertempat dari keduanya”_* [Shifatus Shofwah karya Ibnul Jauzi, hal: 250].

*كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ*

*_“Setiap jiwa pasti akan merasakan kematian.”_* [Ali Imran: 185].

Tidaklah kematian itu datang  menunggu undangan dan panggilan, namun ia akan datang menghampiri kapan Allah memerintahkannya, kematian tidak pernah mengkhabarkan kepada kita terlebih dahulu tentang kedatangannya, ia menyapa anak kecil, remaja, pengantin, tua dan muda. Bisa jadi Allah _subhanahu wata'la_  memerintahkan Malaikat Maut menjemput kita saat kita tengah membaca tulisan ini.

*وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ*

*_“Dan tidak ada satupun yang tahu di bumi mana ia akan meninggal dunia”_* [Lukman: 34].

Seandainya kita dikhabarkan bahwa kekasih kita akan melihat kita tanpa sepengetahuan kita, pastilah kita akan terus berhias, sedangkan untuk menghadap Allah setelah kematian sudahkah kita berhias diri dengan amal sholeh atau malah kita tengah berkubang dengan banyak kemaksiatan?
Padahal kita mengetahui firman Allah;

*فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ*

*_“Barang siapa yang melakukan kebaikan sekecil zarrah pun maka ia akan melihat (balasannya), dan barang siapa yang melakukan kejahatan sekecil zarrah pun maka ia akan melihat (balasannya) pula.”_* [Al-Zalzalah: 7 dan 8].

Dan nanti setelah kita dibangkitkan kita akan dimintai pertanggung jawaban  atas semua amal perbuatan kita, berbahagialah bagi mereka yang beruntung dan menangislah mereka yang merugi sedang tangisan mereka tidak akan menyelamatkan mereka.

Setelah itu kita bertempat disalah satunya antara surga yang penuh kenikmatan atau neraka yang penuh dengan teriakan dan tangisan penderitaan.

Semoga Allah menjadikan kita sebagai penghuni surga, menyelamatkan kita dari pedihnya adzab neraka dan semoga Allah memberi taufiqnya agar kita selalu berada dalam ketaatan kepada-Nya, _aamiin_.

•═══════◎❅◎❦۩❁۩❦◎❅◎═══════•

🌐Sumber : CHANNEL MEDIA DA'WAH AL-FURQON

➖➖➖
  
Repost by :  
👥 www.sandihardiansyah123.blogspot.com

Jumat, 04 November 2016

IMAN

🛡🛡🛡 *SETEGAR KARANG (RENUNGAN BAGI YANG TERTIMPA MUSIBAH)*

✍Ustadz Ustadz Abu Ihsan, MA _hafidzohulloh_

السلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته

Dalam sebuah hadīts, Rasūlullāh _shallallāhu 'alayhi wa sallam_ menjelaskan kepada kita bahwa:

اَلْـمُؤْمِنُ الْقَـوِيُّ خَـيْرٌ وَأَحَبُّ إِلَـى اللهِ مِنَ الْـمُؤْمِنِ الضَّعِيْفِ، وَفِـيْ كُـلٍّ خَـيْـرٌ ،

*_"Mu'min yang kuat itu lebih disukai dan dicintai oleh Allāh Subhānahu wa Ta'āla daripada mu'min yang lemah, dan pada masing-masing keduanya ada kebaikan."_*

(Hadits riwayat Muslim no. 2664, Ahmad II/366 no. 370, Ibnu Mājah no. 79,4168, An Nasāi)

Akan tetapi Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ lebih menyukai mu'min yang kuat, mu'min yang tegar, setegar batu karang di dalam menjalani kehidupan, istiqamah di atas imannya, di atas agamanya, di atas ketaatan kepada Allāh, tidak mudah menyerah.

Rasūlullāh _shallallāhu 'alayhi wa sallam_ melanjutkan di dalam hadīts tersebut:

اسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـز

*_"Maka mintalah bantuan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan jangan melemah."_*

Jangan sekali-kali kita patah semangat dan melemah karena (hanya) sedikit ujian yang Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ berikan kepada kita.

Mintalah bantuan kepada Allāh niscaya Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ akan memberikan kepada kita jalan keluar.

Apabila kita memiliki taqwa kepada-Nya niscaya Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ akan memberikan jalan keluar dari setiap masalah yang kita hadapi.

وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا #  وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ

*_"Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla maka Allāh Subhānahu wa Ta'āla akan memberikan baginya jalan keluar (solusi) dari setiap permasalahan yang dihadapinya."_*

(QS Ath Thalāq: 2-3)

Tentu saja, syaratnya dia harus tetap istiqamah di atas agama Allāh, tetap di atas ketaatan. Minta bantuan kepada Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_, memohon kepada Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ terus berdo'a dan meminta kepada-Nya karena kekuatan, pertolongan, itu datangnya dari Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_.

اسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـز

*_"Mintalah bantuan kepada Allāh dan janganlah kita melemah, janganlah kita melemah."_*

Rasūlullāh _shallallāhu 'alayhi wa sallam_ di dalam satu do'a, beliau berlindung dari beberapa perkara, diantaranya adalah Rasūlullāh berlindung dari sifat lemah (al 'ajaz).

Seorang mu'min tidak selayaknya bersikap lemah, memiliki mental yang lemah, memiliki jiwa yang lemah.

Namun seorang mu'min harus memiliki jiwa pemberani suja'ah dan menjauhi sifat al jubn (penakut/pengecut).

☑⇒ Takut di dalam menegakkan agama Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_, di dalam melaksanakan perintah-perintah Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_.

☑⇒ Takut celaan orang-orang yang mencela.

☑⇒ Takut orang-orang yang menghina,

Di dalam menjalankan perintah Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_:

اسْتَعِنْ بِاللهِ وَلَا تَـعْجَـز

*_"Mintalah bantuan kepada Allāh Subhānahu wa Ta'āla dan janganlah kamu melemah."_*

Kita harus memiliki motivasi yang kuat terutama di dalam meraih surga Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_, menjalankan keta'atan, melaksanakan kewajiban.

✅ Kita harus memiliki mental yang kuat.

✅ Kita harus memiliki motivasi yang kuat.

Mintalah bantuan kepada Allāh dan janganlah sekali-kali kamu melemah.

وَإِنْ أَصَابَكَ شَـيْءٌ فَـلَا تَقُلْ: لَوْ أَنِـّيْ فَعَلْتُ كَانَ كَذَا وَكَـذَا ، وَلَـكِنْ قُلْ: قَـدَرُ اللهِ وَمَا شَاءَ فَعَلَ،

*Dan jika engkau tertimpa suatu musibah janganlah sekali-kali kamu mengatakan:*

*_"Seandainya aku melakukan ini dan ini tentunya hasilnya akan begini dan begini."_*

*Akan tetapi katakanlah:*

*_"Qadarullāh wa mā syā a fa'ala (ini adalah taqdir Allāh, apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla kehendaki pasti terjadi)."_*

Apa yang Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ takdirkan pasti terjadi, tidak ada satupun yang dapat melemahkan Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ dan tidak ada satupun yang dapat menolak taqdir Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_.

Katakanlah: _Qadarullāh wa mā syā a fa'ala_ (ini adalah taqdir Allāh, apa yang Allāh kehendaki pasti terjadi).

فَإِنَّ لَوْ تَـفْـتَـحُ عَمَلَ الشَّيْطَانِ

*_Karena "لو" (berandai-andai, mengatakan seandainya dan seandainya ketika kita tertimpa musibah, seolah menyesali apa yang sudah terjadi, menyesali taqdir Allāh Subhānahu wa Ta'āla) itu akan membuka pintu-pintu syaithān._*

Yaitu kita akan berburuk sangka kepada Rabb kita yang telah menciptakan kita, yang lebih sayang kepada kita daripada yang lain.

Dalam sebuah hadīts, Rasūlullāh _shallallāhu 'alayhi wa sallam_ menceritakan tentang seorang wanita yang kehilangan anaknya, lalu dia mencari diantara para tawanan. Setelah dia menemukan anaknya itu, dia dekap dan dia peluk erat anaknya tersebut.

Kemudian Rasūlullāh _shallallāhu 'alayhi wa sallam_ berkata kepada para shahābat:

_"Bagaimana menurut kalian apakah mungkin wanita ini akan melemparkan anaknya ke dalam api sementara dia dapat mencegahnya?"_

Para Shahābat menjawab, _"Tentu saja tidak, Yā Rasūlullāh"_

Maka nabi _shallallāhu 'alayhi wa sallam_ mengatakan:

*_"Sungguh Allāh Subhānahu wa Ta'āla  lebih sayang kepada hamba-hamba-Nya dari pada wanita ini terhadap anaknya."_*

Sungguh Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ Maha Penyayang kepada hamba-Nya, sekalipun dengan musibah yang Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ cobakan kepada hamba-hamba-Nya.

لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

*_"Allāh tidak akan membebani satu jiwa seorang hamba melainkan menurut kadar kemampuannya."_*

Maka dari itu, janganlah kita berburuk sangka kepada Allāh ketika musibah menimpa. Itu akan melemahkan iman kita, akan melemahkan motivasi kita, akan melemahkan keimanan kita, dan akan menyurutkan kita di dalam melaksanakan kewajiban-kewajiban kita kepada Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_.

Berapa banyak orang-orang yang tertimpa musibah lalu dia menunjukan sikap protes, dia menunjukan sikap tidak suka, dia mengerutu lalu dia tinggalkan ketaatan-ketaatan, seolah-olah dia mengatakan:

_"Percuma aku melaksanakan ketaatan, percuma aku shalāt, percuma aku puasa, kalau aku masih tertimpa musibah."_

Seolah-olah dia mengatakan bahwa kalau melakukan ketaatan, kalau mengerjakan kewajiban itu tidak akan tertimpa musibah, tidak ada jaminan.

Bahkan semakin tinggi iman kita semakin berat, semakin besar cobaan yang Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_  ujikan kepada kita. Ini menunjukan bahwa tingkatan kita semakin naik.

Seperti kita sekolah, semakin tinggi tingkatannya, semakin berat ujiannya. Semakin tinggi kelas semakin berat pula ujiannya.

Demikian pula Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ akan menguji kita dengan ujian-ujian untuk menilai untuk menguji kamu siapakah diantara kamu yang paling bagus amalannya.

Maka dari itu, ketika seorang hamba tertimpa musibah maka janganlah dia berkeluh kesah, jangan dia mengatakan, _"Seandainya dan seandainya."_

*Tegarlah, teguhlah seteguh karang!*

✅ *Janganlah dia melemah*,
✅ *Jangan lah dia berandai-andai*.

Karena berandai-andai itu akan membuka pintu-pintu syaithān. Syaithān akan membuka pintu buruk sangka (su'uzhan) kepada Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ dan itu merupakan awal petaka.

Apabila seorang hamba sudah berburuk sangka kepada Rabbnya maka ini merupakan awal petaka. Dari situlah akan muncul perbuatan-perbuatan yang menentang (melawan), durhaka kepada Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_.

Salah satunya adalah perbuatan syirik, perbuatan maksiat itu diawali dari buruk sangka seorang hamba kepada Rabbnya.

Maka dari itu, Nabi _shallallāhu 'alayhi wa sallam_ berpesan kepada kita:

لاَ يَمُوتَنَّ أَحَدُكُمْ إِلاَّ وَهُوَ يُحْسِنُ بِاللَّهِ الظَّنَّ

*_"Janganlah salah seorang dari kamu mati melainkan dia dalam keadaan berbaik sangka kepada Rabbnya."_*

(Hadīts riwayat Muslim no. 2877)

Orang-orang yang mengatakan:

_"Seandainya begini, seandainya aku melakukan ini dan ini tentunya tidak akan terjadi seperti ini dan ini."_

Seolah-olah dia mengatakan bahwa dia lebih tahu daripada Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_, dia lebih bijaksana daripada Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ dengan perkataannya: Seandainya begini akan terjadi begini.

Bagaimana dia tahu seandainya yang terjadi seperti yang diinginkan akan terjadi, hasilnya akan lebih baik seperti yang dia katakan?

Belum tentu, boleh jadi bila terjadi apa yang dia kehendaki apa yang dia inginkan, andai-andainya itu maka kejadiannya atau hasilnya mungkin akan lebih buruk dari dirinya.

Maka dari itu, jangan lah kita berandai-andai, janganlah kita mengatakan _"لو" (seandainya- seandainya dan seandainya)_, ketika musibah menimpa kita, namun ucapkanlah:
*_"Qadarullāh wa mā syā a fa'ala,"_ ini adalah taqdir Allāh, apa yang Allāh Subhānahu wa Ta'āla  kehendaki pasti terjadi*.

Tidak akan ada seorangpun yang dapat mengelak ketentuan taqdir Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_.

Namun yang menjadikan pembeda adalah bagaimana kita menyikapi!

✅ Bagaimana kita menyikapi musibah yang menimpa kita?
✅ Menyikapi ujian yang Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_  berikan kepada kita?

Apakah kita tetap tegar?

Apakah kita tetap istiqamah di atas ketaatan?

Terus berbaik sangka kepada Rabb (Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_) yang telah memberikan nikmat lebih banyak daripada musibah yang diberikannya kepada kita.

Kalau kita hitung-hitung, nikmat yang Allāh berikan kepada kita lebih banyak daripada musibah yang Allāh ujikan kepada kita.

Lalu mengapa kita tidak berbaik sangka kepada Rabb kita dengan mengatakan: _"Qadarullāh wa mā syā a fa'ala"_ ?

Oleh karenanya Nabi _shallallāhu 'alayhi wa sallam_ apabila tertimpa sesuatu yang tidak disukai oleh beliau, beliau mengatakan:

_"Alhamdulillāh 'ala kulli hal."_

(Segala puji bagi Allāh apapun, bagaimanapun keadaannya kejadiannya.)

Dan apabila terjadi sesuatu yang beliau sukai maka beliau mengatakan:

_"Alhamdulillāhilladzi bini'matihi tatimmushālihāt."_

(Segala puji bagi Allāh yang dengan karunianya, dengan nikmatnya, amal-amal shālih dapat terlaksana dengan baik.)

Apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan (tidak disukai) oleh Nabi _shallallāhu 'alayhi wa sallam_ maka beliau akan mengatakan: _"Alhamdulillāh 'ala kulli hal."_.

Ini menunjukan ketundukan seorang hamba kepada Rabbnya.

Dia berserah diri secara total kepada Rabbnya, kepada Rabb yang telah menciptakannya, yang telah memberikan segala rejeki kepadanya, segala nikmat kepadanya.

Maka dari itu, jadilah kita hamba-hamba yang senantiasa bersyukur dengan nikmat yang Allāh berikan.

Sesungguhnya dengan bersyukur itu Allāh _Subhānahu wa Ta'āla_ berjanji akan menambah nikmat-nikmatnya kepada hamba-hamba-Nya.

لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ

*_"Jika kamu bersyukur maka aku akan tambah nikmat-nikmat-Ku kepadamu, namun jika kamu kufur, sesunguhnya adzab-Ku sangatlah pedih."_*

(QS Ibrāhim: 7)

Demikianlah, mudah-mudahan pesan yang singkat ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

وبالله التوفيق و الهداية
والسلام عليكم ورحمة اللّه وبركاته
_________

🌐Sumber: BimbinganIslam.com
⬇ Download audio: bit.ly/BiAS-Tmk-AI-SetegarKarang
⬇Video: https://youtu.be/9cxwbbVDhlU
-----------------------------------

➖➖➖
  
Repost by :  
👥 www.sandihardiansyah123.blogspot.com

Minggu, 23 Oktober 2016

OH FACEBOOK...

Dosa Facebook

Al-Imam Abu Hamid Muhammad bin Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali –rahimahullah– mengatakan dalam kitabnya yang bertajuk Bidayah Al-Hidayah (hlm. 137-138 beserta syarhnya Maraqi Al-‘Ubudiyyah karya Abu ‘Abdul Mu’thi Muhammad Nawawi)

و أما اليدان فاحفظهما عن أن… تكتب بهما ما لا يجوز النطق به، فإن القلم أحد اللسانين، فاحفظ القلم عما يجب حفظ اللسان عنه

“Adapun kedua tangan, maka jagalah dari menulis sesuatu yang tidak boleh diucapkan. Karena sejatinya pena merupakan salah satu dari dua lisan. Maka jagalah pena dari hal-hal yang harus dijaga oleh lisan.”

Dzun Nun Al-Mishri bersyair:

Tidak ada seorang penulis pun kecuali akan diuji Apa yang ditulis kedua tangannya akan terus ada sepanjang masa Maka, janganlah kau tulis dengan telapakmu, kecuali sesuatu yang akan membuatmu senang kau lihat di hari Kiamat.”

Penulis Mirqah Ash-Shu’ud At-Tashdiq syarh Sulam At-Taufiq ila Mahabbatillah ‘ala At-Tahqiq (hlm. 132) menjelaskan,

“Karena sesungguhnya pena meruapakan salah satu dari dua lisan. Karena sejatinya tulisan merupakan ungkapan lisan, sebagaimana kata ‘Ali Al-Nabtiti. Oleh sebab itu, Al-Ghazali berkata dalam Al-Bidayah, ‘Maka jagalah penamu dari hal-hal yang wajib dijaga oleh lisan.’”

Jadi, hati-hati dalam menulis! Tulislah hal-hal yang baik agar kelak Anda melihatnya dengan kegembiraan. Lain halnya jika Anda asal tulis seperti keluh kesah, caci maki, ghibah, namimah, dan semacamnya. Maka Anda akan menyesal dengan penyesalan yang besar!!!

Mudah-mudahan Allah melindungi kita dari seluruh keburukan…

Oleh : Al-Ustâdz Firman Hidayat Mawardi

[Sumber: https://almarwadi.wordpress.com/2013/04/25/dosa-status-facebook/ ]

almarwadi.wordpress.com | Mewujudkan Dakwah Para Nabi & Rasul

♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁 Grup WA & TG : Dakwah Islam
🌐 TG Channel : @DakwahCinta

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Rabu, 12 Oktober 2016

POHON KEHIDUPAN

🌴 *POHON KEHIDUPAN..*🌴
  =======================

Waktu yg kita lalui dalam kehidupan di dunia ini ibarat pohon yg terus menerus menghasilkan buah..

Dan baik tidaknya buah yg dipanen sangat tergantung bagaimana kita menjaga pohon tersebut...

Imam Ibnul Qayyim _rahimahullah_ berkata,

🌴 *_"Tahun adalah pohon_*

🌵 *_Bulan adalah dahannya.._*

🌱 *_Hari adalah rantingnya.._*

🌿 *_Jam adalah daunnya.._*

🍇 *_Nafas adalah buahnya.._*

_Karena itu, barang siapa nafasnya berada dalam *ketaatan* maka *buahnya akan baik*._

_Dan barang siapa yg berada dalam *kemaksiatan* maka buahnya *pahit*._

_Dan panennya akan dilakukan pada hari kiamat. Dan *ketika itulah akan diketahui manis dan pahitnya buah tersebut._*

*_Ikhlas dan tauhid adalah pohon di dalam hati. Dahannya adalah amalan. Buahnya adalah kehidupan yg baik di dunia dan nikmat yang kekal di akhirat._*

_Sebagaimana buah surga tidak akan pernah terhenti dan terhalangi. Maka buah tauhid dan ikhlas di dunia demikian juga._

*_Sedang syirik, dusta dan riya adalah pohon di dalam hati yg buahnya di dunia adalah ketakutan, kesedihan, kepedihan dan hati yg sempit dan kegelapan hati. Dan buahnya di akhirat buah zaqqum dan adzab yg kekal_*.

_Dan Allah ta'ala telah menyebutkan dua jenis pohon ini dalam surat Ibrahim."_

📚(Al-Fawa-id, Ibnul Qoyyim hal. 190)

Allah _ta'ala_ berfirman :

*أَلَمْ تَرَ كَيْفَ ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا كَلِمَةً طَيِّبَةً كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ (24) تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا ۗ وَيَضْرِبُ اللَّهُ الْأَمْثَالَ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ (25) وَمَثَلُ كَلِمَةٍ خَبِيثَةٍ كَشَجَرَةٍ خَبِيثَةٍ اجْتُثَّتْ مِن فَوْقِ الْأَرْضِ مَا لَهَا مِن قَرَارٍ (26)*

*_"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,_* (24)
*_pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat._* (25)
*_Dan perumpamaan kalimat yang buruk seperti pohon yang buruk, yang telah dicabut dengan akar-akarnya dari permukaan bumi; tidak dapat tetap (tegak) sedikitpun."*(26)
(QS. Ibrahim: 24-26)

=======
*Via telegram Khidmah Nur 'alad-Darb
=======

✍ Ridwan Abu Raihana

🌐Sumber : Telegram Catatan Abu Raihana via channel Islamic Center Unaiza_Indo

➖➖➖
  
Repost by :  
👥 www.sandihardiansyah123.blogspot.com

Sabtu, 08 Oktober 2016

RENDAH HATI

🍒🍏 *RENDAH HATI…* 🍎🍒

✍Ustadz Muhammad Nuzul Dzikri,  حفظه الله تعالى

_“Saya belum melakukan apa-apa”_
Atau _“Apa yang saya lakukan belum seberapa dan masih banyak kekurangan”_

Bersyukurlah jika kalimat-kalimat diatas meluncur dengan fasih dari lubuk hati anda, karena inilah indikator diterimanya amal seorang hamba.

Amal yang diterima akan membentuk pribadi yang selalu merendahkan hati dan merasa penuh kekurangan walaupun segudang amal shalih telah ia torehkan dalam catatan kebaikannya.

Ia khawatir karena kekurangannya dalam menjalankan amal shalih membuat ALLAH tidak berkenan menerimanya. Bukan justru angkuh dan merasa diri suci,

*‏﴿٦٠﴾ وَٱلَّذِينَ يُؤْتُونَ مَآ ءَاتَوا۟ وَّقُلُوبُهُمْ وَجِلَةٌ أَنَّهُمْ إِلَىٰ رَبِّهِمْ رٰجِعُونَ*

*_(60) Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan (beramal shalih), dengan hati yang takut (amal ibadah mereka tidak diterima) karena mereka yakin sesungguhnya mereka akan kembali kepada Tuhan mereka,_*
(Al Mu’minun 23:60)

Bukankah kita diperintahkan untuk beristighfar setiap selesai mengerjakan shalat wajib?
Ya, shalat yang notabenya merupakan ibadah terbaik dan prestasi yang sangat prestisius saja diikuti dengan permohonan ampun.

Sebuah pesan bahwa sehebat apapun ibadah yang anda kerjakan, anda kerjakan dengan penuh kekurangan dan ketidaksempurnaan, maka mintalah ampun kepada ALLAH dari segala khilaf dan lalai tersebut, dan rendah hatilah setelah mengerjakannya.

📚Terinspirasi oleh pemaparan *Imam Ibnul Qayyim* _rahimahullah_ dalam *_Madarijus Saalikiin 2/62_*.

📝Muhammad Nuzul Dzikri,  حفظه الله تعالى

🌐Sumber : BBG Al-ilmuCom

➖➖➖
  
Repost by :  
👥 www.sandihardiansyah123.blogspot.com

Selasa, 04 Oktober 2016

NIKMAT ADALAH UJIAN

🍃🍂🌿 *NIKMAT ADALAH BENTUK UJIAN*

✍🏻Ustadz DR. Syafiq Riza Basalamah, MA, حفظه الله تعالى

_Akhii Ukhtii_

Masih ingatkah dengan kisa Nabi Sulaiman?

Seorang Nabi dan Raja yang sangat hebat dan menakjubkan

_Allah memberinya kerajaan yang tidak diberikan kepada siapapun sesudahnya_

_Ia memahami bahasa binatang_

_Bangsa jin tunduk bahkan menjadi bala tentaranya_

_Angin juga Allah tundukkan buatnya_

Dan berbagai nikmat yang lainnya yang tak dapat dihitung lagi

Ketika ia mendengar ratu semut berbicara kepada rakyatnya, sebagaimana Allah ceritakan di dalam surah An Naml ayat 18, beliau tersenyum mendengarkan ucapannya dan langsung ingat kepada Allah sang Pencipta Yang Maha Kuasa, Yang telah memberinya nikmat tersebut seraya berdoa yang artinya

*_“Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”_*

Nikmat Allah begitu Besar dan tanpa pertolonganNya tidak mungkin ia dapat mensyukurinya.

_Nabi sulaimana tidak lupa daratan dengan kehebatannya, Ia sama sekali tidak congkak dan sombong, bahkan ia merendahkan dirinya depan Allah._

Dan ketika ia meminta agar singgasana ratu Balqis dihadirkan ke istananya, sebelum matanya berkedip, singgasana itu telah hadir

Dari jarak yang sangat jauh, Ribuan kilometer antara Yaman Yerusallem

Dia sadar, bahwa yang terjadi adalah karunia Allah

_Dan nikmat itu adalah bentuk ujian dari-Nya_

Tidak seperti sebagian yang memandang ujian hanya yang bentuknya musibah

Maka Nabi Sulaiman langsung berkata

*هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ]*

*_“Ini termasuk karunia Rabbku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya)_* (An Naml 40).

Maka bila kau memperoleh nikmat, kesuksesan atau apa saja, sehingga kau merasa hebat

Ketahuilah bahwa dirimu sedang dalam ujian

Berapa banyak yang tidak lulus ketika diuji dengan kenikmatan dunia

Karena dunia membuatmu jauh dan lupa dari sang Pemberi

Semoga engkau bukan salah satunya

🌐Sumber : BBG Al-ilmuCom

➖➖➖
 
Repost by :  
👥 www.sandihardiansyah123.blogspot.com

Senin, 03 Oktober 2016

BERWUDHU SEBELUM TIDUR

🛏Yuk berwudhu sebelum tidur...

=======

🌴Dari Al Baro' bin 'Azib -radhiyallohu 'anhu- berkata;

Rasulullah -shalallahu 'alaihi wa sallam- bersabda;

إذا أتيت مضجعك فتوضأ وضوءك للصلاة ثم اضطجع على شقك الأيمن

"Jika engkau hendak mendatangi tempat tidurmu maka hendaklah engkau berwudhu seperti wudhu ketika hendak shalat, lalu berbaringlah diatas sisi bagian kananmu...".
______
Muttafaqun 'alaih.

👆🏻Subhanalloh....

Lihatlah kawan...
Ternyata luar biasa kesempurnaan syariat kita hingga dalam masalah tidurpun syariat kita menunjuki cara terbaik dan paling utamanya.
Barokallohu fiikum...

              🛌🛌🛌

💦Yuk...
Kita muhasabah diri kita sebelum tidur...

=======

🌴Berkata Ibnul Qayyim -rahimahullah-;

ﺃﻥ ﻳﺠﻠﺲ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻋﻨﺪ ﻣﺎ ﻳﺮﻳﺪ ﺍﻟﻨﻮﻡ ﻟﻠﻪ ﺳﺎﻋﺔ ﻳﺤﺎﺳﺐ
ﻧﻔﺴﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺧﺴﺮﻩ ﻭﺭﺑﺤﻪ ﻣﻦ ﻳﻮﻣﻪ ﺛﻢ ﻳﺠﺪﺩ ﻟﻪ
ﺗﻮﺑﺔ ﻧﺼﻮﺣﺎ ﺑﻴﻨﻪ ﻭﺑﻴﻦ ﺍﻟﻠﻪ ﻓﻴﻨﺎﻡ ﻋﻠﻰ ﺗﻠﻚ ﺍﻟﺘﻮﺑﺔ .
ﻭﻳﻔﻌﻞ ﻫﺬﺍ ﻛﻞ ﻟﻴﻠﺔ

" Hendaklah seorang itu duduk sejenak ketika hendak tidur karena Allah ta'ala guna mengintropeksi dirinya terhadap kerugian atau keberuntungan yang ia dapatkan pada hari tersebut, lalu ia memperbaharui taubat yang nashuha (benar) antara dia dan Allah azza wa jalla, kemudian ia tidur diatas taubat tersebut.
Dan hendaklah ia lakukan hal ini pada setiap malamnya".
_______
📗Ar Ruh (1/345)

✒️ Al-Ustâdz Fauzan Abu Muhammad

_____
📲Join Telegram:
@fauzankutai

♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁 Grup WA & TG : Dakwah Islam
🌐 TG Channel : @DakwahFiqih

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Senin, 26 September 2016

WANITA

🌹🌹 *WANITA* 🌹🌹

✍🏻Ustadz DR. Syafiq Riza Basalamah, حفظه الله تعالى

_Akhiiii…_

_Wanita dicipta dari tulang rusuk._

Ia tidak dicipta dari tulang kaki
_agar kau tidak menjadikannya alas kaki, menghina dan mencacinya…_

Ia tidak dicipta dari tulang tangan
_agar kau tahu bahwa dia bukan alat untuk melaksanakan segala keinginanmu dan menuruti semua nafsumu…_

Ia tidak diciptakan dari tulang kepala agar ia tidak sombong dan merasa selalu di atas…

Namun ia dicipta dari tulang rusuk
*_agar ia selalu ada di sampingmu_*
*_selalu ada dalam suka dukamu menemani…_*

Ia berada di bawah lenganmu
_agar engkau selalu menjaga dan melindunginya…_

Pada sejatinya tanganmu bukanlah untuk memukul rusukmu sendiri…

Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wasallam_ bersabda:

*اسْتَوْصُوْا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا، فَإِنَّ الْمَرْأََةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ …ِ*

*_“Berwasiatlah kalian dengan kebaikan kepada para wanita (para istri), karena wanita itu diciptakan dari tulang rusuk….”_* (HR. Bukhari dan Muslim).

🌐Sumber: BBG Al-ilmuCom

➖➖➖
  
Repost by :  
👥 www.sandihardiansyah123.blogspot.com

Selasa, 20 September 2016

ADAB BERDOA

Adab Berdoa

Dalam berdoa hendaknya memperhatikan adab berikut:

1. Memilih waktu-waktu yang diutamakan berdo'a, seperti hari Arafah, bulan Ramadhan (terutama pada sepuluh hari terakhir), saat-saat terakhir di hari Jum'at (sebelum Maghrib), dan sepertiga akhir malam (sebelum Shubuh).

2. Memilih kondisi-kondisi yang diutamakan, misalnya ketika bersujud, saat turun hujan, waktu berbuka puasa, dan ketika dalam perjalanan.

3. Berupaya menghadap kiblat ketika berdoa.

4. Ikhlas dan khusyu sewaktu berdoa.

5. Yakin bahwasanya Allah akan mengabulkan doa.

6. Mengulang-ulang doa sebanyak tiga kali.

7. Memulai doa dengan hamdalah, lantas mengakhirinya dengan shalawat atas Nabi.

8. Membersihkan diri dari dosa serta membebaskan diri dari kezhaliman dan keharaman.

✒ Asy-Syaikh Abul Harits, Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid Al-Halabi Al-Atsari

📚 Judul Asli: Al-Islaam Muyassar ilaa fityaanil Islaam, Penerbit/Tahun: Daar Ibnu Hazm - Beirut./Cet.II - 1999 M, Judul Terjemahan: Cara Mudah Belajar Islam : Bimbingan Praktis dan lengkap Tentang Dasar-Dasar Islam, Penerjemah: Rohidin Wahid, Lc, Penerbit: Pustaka Imam Asy-Syafi'i, Cetakan Pertama: Syawwal 1435 H/Agustus 2014 M, Doa - Adab Berdoa, Halaman 160

🌐 pustakaimamsyafii.com | Penerbit Penebar Sunnah

♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁 Grup WA & TG : Dakwah Islam
🌐 TG Channel : @DakwahFiqih

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Minggu, 18 September 2016

JAUHI GHIBAH

*MENDENGAR GHIBAH APA JUGA SAMA DENGAN GHIBAH?*

*PERTANYAAN*

Apakah termasuk ghibah bila mendengarkan curhat saudara tentang kampung halamannya, tentang perangkat desa, pengurus MDA dan sebagainya ... mau tidak mau sedikit  banyaknya memberikan komentar..
rasanya tidak bisa dicegah sebab yang bicara termasuk senior, yang dituakan.
bagaimana solusinya ya ustadz.. syukron.

*JAWAB*

1⃣ Tidak sama antara orang yang mengghibah dengan orang yang mendengarkan ghibah.

2⃣ Orang yang mendengar ghibah ada 2 macam :

🅰 Yang ridha dan senang saat mendengarnya. Maka hukumnya disamakan dengan yang mengghibah.

🅱 Yang tidak ridha dan tidak senang mendengarkan ghibah. Maka dia tidak berdosa dan tidak dianggap sama dengan melakukan ghibah.

3⃣ Orang yang tidak senang mendengar ghibah juga bertingkat :

➖Dia mampu mengingkari dengan perbuatan dan lisannya. Maka ini yang lebih baik.

➖Dia mampu mengingkari hanya dengan hatinya saja. Dia tidak senang mendengarkan ghibah dan dia ingkari. Maka dia tdk berdosa.

Hal ini sebagaimana disebutkan di dalam fatwa.islamweb.net :

وإذا كنت لا تقدرين على الإنكار على من يغتاب, ولا أن تذبي عن عرض المسلم في غيبته, وتخافي الإيذاء من وراء الإنكار فأنكري ذلك بقلبك, وهو أضعف الإيمان كما في الحديث, فإذا أنكرت بقلبك فليس عليك حرج بعد ذلك - إن شاء الله تعالى 

Apabila saudari tidak mampu mengingkari orang yang berbuat ghibah, dan juga tidak mampu membela kehormatan muslim tersebut yang dighibahinya, serta saudari khawatir jika mengingkarinya ada dampak negatifnya terhadap anda, maka *ingkarilah dengan hati anda*. Dan ini adalah selemah²nya iman sebagaimana di dalam hadits. Apabila saudari telah mengingkarinya dengan hati, maka anda tidak berdosa setelah itu insyā Allāh Ta'ålå.

Wallāhu a'lam.

✏ Al-Ustâdz Abû Salmâ, Muhammad bin Burhan bin Yusuf Al-Atsari
📱@abinyasalma | abusalma.net
#⃣ Channel TG ( bit.ly/abusalma ) & WAG *_al-Wasathiyah wal I'tidål_*

♻ Republished by MRA Al-Jafari Al-Alabi
📁 Grup WA & TG : Dakwah Islam
🌐 TG Channel : @DakwahFiqih

Share, yuk! Semoga saudara² kita mendapatkan faidah ilmu dari yang anda bagikan dan menjadi pembuka amal² kebaikan bagi anda yang telah menunjukkan kebaikan. آمِينَ.

Selasa, 13 September 2016

BAYARLAH HUTANG JIKA KAU MAMPU

💢♨💢 *HUKUM MENUNDA-NUNDA BAYAR HUTANG DAN KIAT MENYIKAPINYA*
(Soal Jawab)
BY: SOBAT MUSLIM

⁉ *Bila Yang Berhutang Sengaja Menunda Pembayaran Padahal Dia Mampu?*

➡ *Penanya (Akhwat):*
_Assalamu'alaykum ustadz..Mohon nasehatnya._
_Bagaimana menghadapi tetangga/kerabat yg kerap meminjam uang, namun mrk jg kerap ingkar pada saat pembayaran yg sudah mrk janjikan sendiri. Padahal saya tahu mrk mampu (baru gajian atau baru menjual barang). Kalau ditagih ada saja alasan, malah justru balik marah ke saya. Saya bingung ust, krn saya jg bkn org yg lebih dalam harta, dan sgt mengharapkan pembayaran hutang dr mrk. Yg ingin saya tanyakan:_
_Bgmn sikap terbaik saya thd mrk? Saya selalu bersedia memberi pinjaman, krn sy tahu keutamaan menolong sesama muslim, tp dgn sikap mrk yg 'ogah ogahan' dlm membayar pdhl mrk mampu, apakah boleh saya menolak membantu mrk lg di masa mendatang dlm hal meminjamkan uang? Atau saya hrs tetap berusaha membantu mrk dng memberi pinjaman walaupun dng resiko saya jd sulit sendiri?_

✅ *Jawab (Redaksi salamdakwah.com) :*

وعليكم السلام ورحمة الله وبركاته

Menghutangi orang lain dalam kebaikan adalah hal yang dianjurkan. Mengingat di dalamnya ada pertolongan terhadap orang yang biasanya membutuhkan. Rasulullah _shallallahu alaihi wa sallam_ bersabda:

عَنْ أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا، سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيهِ، وَمَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَمَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ، إِلَّا نَزَلَتْ عَلَيْهِمِ السَّكِينَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَحَفَّتْهُمُ الْمَلَائِكَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ، وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ، لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ»

_Dari Abu Shalih dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda: *'Barangsiapa membebaskan seorang mukmin dari suatu kesulitan dunia, maka Allah akan membebaskannya dari suatu kesulitan pada hari kiamat. Barang siapa memberi kemudahan kepada orang yang berada dalam kesulitan, maka Allah akan memberikan kemudahan di dunia dan akhirat. Barang siapa menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama hamba tersebut menolong saudaranya sesama muslim. Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan memudahkan jalan ke surga baginya. Tidaklah sekelompok orang berkumpul di suatu masjid (rumah Allah) untuk membaca Al Qur'an, melainkan mereka akan diliputi ketenangan, rahmat, dan dikelilingi para malaikat, serta Allah akan menyebut-nyebut mereka pada malaikat-malaikat yang berada di sisi-Nya. Barang siapa yang kurang amalannya, maka nasabnya tidak meninggikannya di sisi Allah ta'ala."*_ (HR.Muslim no.2699 dan yang lainnya.)

As-Sarkhasi menerangkan: _"Dan meminjami hukumnya adalah dianjurkan."_ (Al-Mabsuth 14/36)

Ibnu Quddamah menerangkan:
_"Hutang hukumnya dianjurkan bagi orang yang menghutangi dan dibolehkan bagi orang yang berhutang."_ (Al-Mughni 4/236)

Apabila orang yang berhutang sedang dalam kesusahan sehingga belum mampu untuk melunasi hutangnya maka seharusnya ia diberi tempo. Allah ta'ala berfirman dalam surat al-Baqarah ayat 280:

*وَإِنْ كَانَ ذُو عُسْرَةٍ فَنَظِرَةٌ إِلَى مَيْسَرَةٍ وَأَنْ تَصَدَّقُوا خَيْرٌ لَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُونَ*

*_"Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, Maka berilah tangguh sampai Dia berkelapangan. dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui."_*

Apabila orang yang berhutang *sengaja menunda pembayaran padahal dia mampu maka ia telah berbuat kedholiman yang nyata*. Rasulullah _shallallahu alaihi wa sallam_ bersabda:

*«مَطْلُ الغَنِيِّ ظُلْمٌ»*

*_"Menunda-nunda pembayaran hutang padahal mampu, termasuk kedholiman”_*.[HR. Bukhori, no. 2400 dan Muslim no.1564]

Oleh karena dia telah berbuat dhalim maka kita harus menolongnya. Apabila Anda mendapati orang yang berhutang kepada Anda melakukan penundaan pembayaran padahal dia mampu maka Anda harus menolongnya dari kedholimannya. Rasulullah _shallallahu alaihi wa sallam_ bersabda:

*«انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا»*

*_"Tolonglah saudaramu dalam keadaan dia dhalim atau didhalimi."_* (HR. Bukhari no.2443 dan yang lainnya).

Cara Anda untuk menolongnya adalah dengan *menasehatinya secara langsung atau tidak langsung supaya dia segera melunasi hutangnya*. Selanjutnya adalah Anda *tidak memberinya hutang lagi bila ia masih belum berubah dari kebiasaan penundaannya* supaya kedholimannya tidak bertambah.

والله تعالى أعلم بالحق والصواب

🌐Sumber: SalamDakwahCom

➖➖➖
  
Repost by :  
👥 *_www.sandihardiansyah123.blogspot.com_*

Minggu, 11 September 2016

TAUBAT

🍄🍄🍄 *TIDAK TAKUTKAH ENGKAU..?*

✍🏻 Ustadz Musyaffa’ Ad Dariny,  حفظه الله تعالى

*_Engkau bertaubat dari dosa-dosa saat sakitmu._*

*_Lalu engkau kembali kepada dosa itu saat sembuhmu._*

*_Padahal betapa banyak Dia menyelamatkanmu dari bahaya._*

*_Dan betapa banyak Dia telah menghilangkan darimu malapetaka._*

*_Tidak takutkah engkau, kematian mendatangimu._*

*_Sedang kamu sedang terlena dalam dosa-dosamu ?!_*

📝Musyaffa’ Ad Dariny,  حفظه الله تعالى

🌐Sumber : BBG Al-ilmuCom

➖➖➖
  
Repost by :  
👥 www.sandihardiansyah123.blogspot.com

Selasa, 06 September 2016

Jauhi ZINA

💔♨💞 *APABILA ZINA TELAH TERSEBAR…*

بسم الله الرحمن الرحيم

➡ Rasulullah _shallallahu ’alaihi_ wa sallam bersabda,

*مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يُرْفَعَ الْعِلْمُ وَيَثْبُتَ الْجَهْلُ وَيُشْرَبَ الْخَمْرُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا*

🌴 *_“Diantara tanda-tanda kiamat adalah diangkatnya ilmu, menguatnya kebodohan, diminumnya khamar, dan nampaknya perzinahan.”_* [HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Anas Bin Malik radhiyallahu’anhu]

➡ Al-Hafizh Ibnu Hajar _rahimahullah_ berkata,

ويظهر الزنا أي يشيع ويشتهر بحيث لا يتكاتم به لكثرة من يتعاطاه

🌴 _“Makna 'Dan nampaknya perzinahan' adalah tersebarnya perbuatan zina, ramai dilakukan, tatkala zina itu tidak dapat lagi disembunyikan karena banyaknya orang yang melakukannya (itulah diantara tanda kiamat).”_ [Fathul Bari, 12/114]

⛔ *APA AKIBATNYA?*

➡ Rasulullah _shallallahu ’alaihi wa sallam_ bersabda,

*إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِي قَرْيَةٍ، فَقَدْ أَحَلُّوا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ*

🌴 *_“Apabila zina dan riba telah nampak di suatu negeri, maka sungguh penduduk negeri itu telah menghalalkan azab Allah bagi diri-diri mereka.”_* [HR. Al-Hakim dari Ibnu ‘Abbas _radhiyallahu ’anhuma_, Shahihut Targhib: 2401]

➡ Rasulullah _shallallahu ’alaihi wa sallam_ juga bersabda,

*تُفْتَحُ أَبْوَابُ السَّمَاءِ نِصْفَ اللَّيْلِ فَيُنَادِي مُنَادٍ: هَلْ مِنْ دَاعٍ فَيُسْتَجَابَ لَهُ؟ هَلْ مِنْ سَائِلٍ فَيُعْطَى؟ هَلْ مِنْ مَكْرُوبٍ فَيُفَرَّجَ عَنْهُ؟ فَلا يَبْقَى مُسْلِمٌ يَدْعُو بِدَعْوَةٍ إِلا اسْتَجَابَ اللَّهُ لَهُ إِلا زَانِيَةٌ تَسْعَى بِفَرْجِهَا أَوْ عَشَّارٌ*

🌴 *_“Pintu-pintu langit dibuka pada pertengahan malam, lalu menyerulah seorang penyeru: Apakah ada yang mau berdoa sehingga dikabulkan doanya? Apakah ada yang mau meminta sehingga diberikan permintaannya? Apakah ada orang yang tertimpa musibah (yang memohon pertolongan Allah) sehingga dihilangkan kesusahannya? Maka tidaklah seorang muslim pun yang berdoa dengan satu doa (di waktu tersebut) kecuali Allah akan mengabulkannya, kecuali seorang wanita pezina yang menjajakan kemaluannya dan seorang pemungut pajak.”_* [HR. Ath-Thabrani dari ‘Utsman bin ‘Abil ‘Ash Ats-Tsaqofi radhiyallahu ’anhu, Ash-Shahihah: 1073]

➡ Rasulullah _shallallahu’ alaihi wa sallam_ juga bersabda,

🌴 *_“Wahai kaum Muhajirin, waspadailah lima perkara apabila menimpa kalian, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak menemuinya:_*

✅1) *Tidaklah perzinahan nampak (terang-terangan) pada suatu kaum pun, hingga mereka selalu menampakkannya, kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka wabah penyakit tha’un dan penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada generasi sebelumnya.*

✅2) *Dan tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan diazab dengan kelaparan, kerasnya kehidupan dan kezaliman penguasa atas mereka.*

✅3) *Dan tidaklah mereka menahan zakat harta-harta mereka, kecuali akan dihalangi hujan dari langit, andaikan bukan karena hewan-hewan niscaya mereka tidak akan mendapatkan hujan selamanya.*

✅4) *Dan tidaklah mereka memutuskan perjanjian Allah dan perjanjian Rasul-Nya, kecuali Allah akan menguasakan atas mereka musuh dari kalangan selain mereka, yang merampas sebagian milik mereka.*

✅5) *Dan tidaklah para penguasa mereka tidak berhukum dengan kitab Allah, dan hanya memilih-milih dari hukum yang Allah turunkan, kecuali Allah akan menjadikan kebinasaan mereka berada di antara mereka.”*

📚 [HR. Ibnu Hibban, dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu’anhuma, Ash-Shahihah: 106]

وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم

💻 Sumber: http://sofyanruray.info/apabila-zina-telah-tersebar/

══════ ❁✿❁ ══════
  
Repost by :  
👥 *SOBAT MUSLIM*

Sabtu, 20 Agustus 2016

KASIH SAYANG DAN LEMAH LEMBUT

🍃⭐🌿 *BERKASIH SAYANG DAN LEMAH LEMBUT*

✍🏻Oleh *Syaikh Abdul Muhsin Bin Hamd Al-‘Abbad Al-Badr* _hafidzahumallah_

Allah menjelaskan bahwa Nabi-Nya, Muhammad, sebagai orang yang memiliki akhlak yang agung. Allah Ta’ala berfirman.

وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ

*_“Sungguh, kamu mempunyai akhlak yang agung”_* [Al-Qalam : 4]

Allah juga menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang ramah dan lemah lembut. Allah Ta’ala berfirman.

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

*_“Dengan sebab rahmat Allah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentu mereka menjauh dari sekelilingmu”_* [Ali Imran : 159]

Allah juga menjelaskan bahwa beliau adalah orang yang penyayang dan memiliki rasa belas kasih terhadap orang-orang yang beriman. Allah Ta’ala berfirman.

لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَّحِيمٌ

*_“Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, yang berat memikirkan penderitaanmu, sangat menginginkan kamu (beriman dan selamat), amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mu’min”_* [At-Taubah : 128]

Rasulullah memerintahkan dan menganjurkan kita agar senantiasa berlaku lemah lembut. Beliau bersabda.

يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا، وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا

*_“Mudahkanlah dan jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan janganlah kalian membuat orang lari”_*

Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734 dari Anas bin Malik. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 1732 dari Abu Musa dengan lafaz.

بَشِّرُوا وَلاَ تُُنَفِّرُواوَيَسِّرُوا وَلاَتُعَسِّرُوا

*_“Berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari. Mudahkanlah dan janganlah kalian persulit”_*.

Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no.220 meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya pada kisah tentang seorang Arab Badui yang kencing di masjid.

دَعُوهُ وَهَرِيْقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلاً مِنْ مَاءِ أَوْ ذَنُو بًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِشْتُمُ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَشُوا مُعَسِّرِيْنَ

*_“Biarkanlah dia ! Tuangkanlah saja setimba atau seember air. Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit”_*

Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah hadits no.6927 bahwa Rasulullah bersabda.

يَاعَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الأَمْرِ كُلِّهِ

*_“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan di dalam semua urusan”_*

Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 2593 dengan lafaz.

يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى الرِّفْقِ مَا لاَ يُعطِِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَالاَ يُعْطِي عَلَى مَا سِوَاهُ

*_“Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya”_*

Muslim meriwayatkan hadits dalam kitab Shahihnya no.2594 dari Aisyah, Nabi bersabda.

إِنَّالرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ

*_“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah. Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”_*

Muslim juga meriwayatkan hadits no. 2592 dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi bersabda.

مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ

*_“Barangsiapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan mendapatkan kebaikan”_*.

Allah pernah memerintahkan dua orang nabiNya yang mulia yaitu Musa dan Harun untuk mendakwahi Fir’aun dengan lembut. Allah Ta’ala berfirman.

اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ

*_“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia telah berbuat melampui batas. Berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut, mudah-mudahan ia mau ingat atau takut”_* [Thaha : 43-44]

Allah juga menjelaskan bahwa para sahabat yang mulia senantiasa saling bekasih sayang. Allah Ta’ala berfirman.

مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ

أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ

*_“Muhammad itu adalah utusan Allah. Orang-orang yang selalu bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesame mereka”_* [Al-Fath : 29]

📚[Disalin dari buku Rifqon Ahlassunnah bi Ahlissunnah Penulis Abdul Muhsin bin Hamd Al Abbad Al Badr, Edisi Indonesia Rifqon Ahlassunnah bi Ahlissunnah Menyikapi Fenomena Tahdzir dan Hajr, Penerbit : Titian Hidayah Ilahi Bandung, Cetakan Pertama Januari 2004]

Sumber: https://almanhaj.or.id/3195-berkasih-sayang-dan-lemah-lembut.html

♻Published By Fiqh Dakwah Sunnah

➖➖➖
  
Repost by :  
👥 www.sandihardiansyah123.com

Jumat, 19 Agustus 2016

SEDEKAH DAN REZEKI

💰💸💰 *MEMPERBANYAK SHODAQOH UNTUK MEMPERLANCAR RIZKI, BOLEHKAH?*

By: SOBAT MUSLIM

💥♨🔥 *Amat Disayangkan, Banyak Sedekah Hanya Untuk Memperlancar Rizki*

✍🏻 *Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, MSc* _hafidzohulloh_

   
_Alhamdullillahilladzi hamdan katsiron thoyyiban mubaarokan fiih kamaa yuhibbu Robbunaa wa yardho. Allahumma sholli ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala aalihi wa shohbihi wa sallam_.

Itulah yang sering kita lihat pada umat Islam saat ini. Mereka memang gemar melakukan puasa sunnah (yaitu puasa Senin-Kamis dan lainnya), namun semata-mata hanya untuk menyehatkan badan sebagaimana saran dari beberapa kalangan. Ada juga yang gemar sekali bersedekah, namun dengan tujuan untuk memperlancar rizki dan karir. Begitu pula ada yang rajin bangun di tengah malam untuk bertahajud, namun tujuannya hanyalah ingin menguatkan badan. Semua yang dilakukan memang suatu amalan yang baik. Tetapi niat di dalam hati senyatanya tidak ikhlash karena Allah, namun hanya ingin mendapatkan tujuan-tujuan duniawi semata. Kalau memang demikian, mereka bisa termasuk orang-orang yang tercela sebagaimana disebutkan dalam ayat berikut.

💢♨ *Dengan Amalan Sholeh Hanya Mengharap Keuntungan Dunia, Sungguh Akan Sangat Merugi*

Allah Ta’ala berfirman,
*مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ (15) أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآَخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (16)*
*_“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.”_* (QS. Hud [11] : 15-16)

Yang dimaksud dengan _“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia”_ yaitu barangsiapa yang menginginkan kenikmatan dunia dengan melakukan amalan akhirat.

Yang dimaksud _“perhiasan dunia”_ adalah harta dan anak.

Mereka yang beramal seperti ini: _“niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan”_. Maksudnya adalah mereka akan diberikan dunia yang mereka inginkan. Ini semua diberikan bukan karena mereka telah berbuat baik, namun semata-mata akan membuat terlena dan terjerumus dalam kebinasaan karena rusaknya amalan mereka. Dan juga mereka tidak akan pernah _yubkhosuun_, yaitu dunia yang diberikan kepada mereka tidak akan dikurangi. Ini berarti mereka akan diberikan dunia yang mereka cari seutuhnya (sempurna).

Dunia, mungkin saja mereka peroleh. Dengan banyak melakukan amalan sholeh, boleh jadi seseorang akan bertambah sehat, rizki semakin lancar dan karir terus meningkat.  Dan itu senyatanya yang mereka peroleh dan Allah pun tidak akan mengurangi hal tersebut sesuai yang Dia tetapkan. Namun apa yang mereka peroleh di akhirat?

Lihatlah firman Allah selanjutnya (yang artinya), *_“Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka”_*. Inilah akibat orang yang hanya beribadah untuk mendapat tujuan dunia saja. Mereka memang di dunia akan mendapatkan apa yang mereka inginkan. Adapun di akhirat, mereka tidak akan memperoleh pahala karena mereka dalam beramal tidak menginginkan akhirat. 

Ingatlah, balasan akhirat hanya akan diperoleh oleh orang yang mengharapkannya. Allah Ta’ala berfirman,

*وَمَنْ أَرَادَ الْآَخِرَةَ وَسَعَى لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ كَانَ سَعْيُهُمْ مَشْكُورًا*
*_“Dan barangsiapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia adalah mu’min, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibalasi dengan baik.”_* (QS. Al Israa’: 19)

Orang-orang seperti ini juga dikatakan: *_“lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan”_*. Ini semua dikarenakan mereka dahulu di dunia beramal tidak ikhlas untuk mengharapkan wajah Allah sehingga ketika di akhirat, sia-sialah amalan mereka. (Lihat penjelasan ayat ini di I’aanatul Mustafid, 2/92-93)

Sungguh betapa banyak orang yang melaksanakan shalat malam, puasa sunnah dan banyak sedekah, namun itu semua dilakukan hanya bertujuan untuk menggapai kekayaan dunia, memperlancar rizki, umur panjang, dan lain sebagainya.

Ibnu ‘Abbas _radhiyallahu ‘anhu_ menafsirkan surat Hud ayat 15-16. Beliau _radhiyallahu ‘anhu_ mengatakan, _“Sesungguhnya orang yang riya’, mereka hanya ingin memperoleh balasan kebaikan yang telah mereka lakukan, namun mereka minta segera dibalas di dunia.”_

Ibnu ‘Abbas juga mengatakan, _“Barangsiapa yang melakukan amalan puasa, shalat atau shalat malam namun hanya ingin mengharapkan dunia, maka balasan dari Allah: *“Allah akan memberikan baginya dunia yang dia cari-cari. Namun amalannya akan sia-sia (lenyap) di akhirat nanti karena mereka hanya ingin mencari dunia. Di akhirat, mereka juga akan termasuk orang-orang yang merugi”*.”_ Perkataan yang sama dengan Ibnu ‘Abbas ini juga dikatakan oleh Mujahid, Adh Dhohak dan selainnya.

Qotadah mengatakan, *_“Barangsiapa yang dunia adalah tujuannya, dunia yang selalu dia cari-cari dengan amalan sholehnya, maka Allah akan memberikan kebaikan kepadanya di dunia. Namun ketika di akhirat, dia tidak akan memperoleh kebaikan apa-apa sebagai balasan untuknya. Adapun seorang mukmin yang ikhlash dalam beribadah (yang hanya ingin mengharapkan wajah Allah), dia akan mendapatkan balasan di dunia juga dia akan mendapatkan balasan di akhirat.”_* (Lihat *Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim*, tafsir surat Hud ayat 15-16)

♨ *Hanya Beramal Untuk Menggapai Dunia, Tidak Akan Dapat Satu Bagianpun Di Akhirat*

Kenapa seseorang beribadah dan beramal hanya ingin menggapai dunia? Jika seseorang beramal untuk mencari dunia, maka dia memang akan diberi. Jika shalat tahajud, puasa senin-kamis yang dia lakukan hanya ingin meraih dunia, maka dunia memang akan dia peroleh dan tidak akan dikurangi. Namun apa akibatnya di akhirat? Sungguh di akhirat dia akan sangat merugi. Dia tidak akan memperoleh balasan di akhirat disebabkan amalannya yang hanya ingin mencari-cari dunia.

Namun bagaimana dengan orang yang beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah Allah? Di akhirat dia akan memperoleh pahala yang berlipat ganda.

Allah Ta’ala berfirman,
مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الآخِرَةِ نزدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ
*_“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat.”_* (QS. Asy Syuraa: 20)

Ibnu Katsir –rahimahullah- menafsirkan ayat di atas, _“Barangsiapa yang mencari keuntungan di akhirat, maka Kami akan menambahkan keuntungan itu baginya, yaitu Kami akan kuatkan, beri nikmat padanya karena tujuan akhirat yang dia harapkan. Kami pun akan menambahkan nikmat padanya dengan Kami balas setiap kebaikan dengan sepuluh kebaikan hingga 700 kali lipat hingga kelipatan yang begitu banyak sesuai dengan kehendak Allah. … Namun jika yang ingin dicapai adalah dunia dan dia tidak punya keinginan menggapai akhirat sama sekali, maka balasan akhirat tidak akan Allah beri dan dunia pun akan diberi sesuai dengan yang Allah kehendaki. Dan jika Allah kehendaki, dunia dan akhirat sekaligus tidak akan dia peroleh. Orang seperti ini hanya merasa senang dengan keinginannya saja, namun barangkali akhirat dan dunia akan lenyap seluruhnya dari dirinya.”_

Ats Tsauri berkata, dari Mughiroh, dari Abul ‘Aliyah, dari Ubay bin Ka’ab -radhiyallahu ‘anhu-, beliau mengatakan,
بشر هذه الأمة بالسناء والرفعة والدين والتمكين في الأرض فمن عمل منهم عمل الآخرة للدنيا لم يكن له في الآخرة من نصيب
*_“Umat ini diberi kabar gembira dengan kemuliaan, kedudukan, agama dan kekuatan di muka bumi. Barangsiapa dari umat ini yang melakukan amalan akhirat untuk meraih dunia, maka di akhirat dia tidak mendapatkan satu bagian pun di akhirat.”_*

🌒 *Tanda Seseorang Beramal Untuk Tujuan Dunia*

Al Bukhari membawakan hadits dalam Bab *“Siapa yang menjaga diri dari fitnah harta”*.

Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, Rasulullah _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ bersabda,
تَعِسَ عَبْدُ الدِّينَارِ ، وَالدِّرْهَمِ ، وَالْقَطِيفَةِ ، وَالْخَمِيصَةِ ، إِنْ أُعْطِىَ رَضِىَ ، وَإِنْ لَمْ يُعْطَ لَمْ يَرْضَ تَعِسَ وَانْتَكَسَ
*_“Celakalah hamba dinar, dirham, qothifah dan khomishoh. Jika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi, dia tidak ridho, dia akan celaka dan akan kembali binasa.”_* (HR. Bukhari).  

_Qothifah_ adalah sejenis pakaian yang memiliki beludru. Sedangkan khomishoh adalah pakaian yang berwarna hitam dan memiliki bintik-bintik merah. (I’aanatul Mustafid, 2/93)

Kenapa dinamakan hamba dinar, dirham dan pakaian yang mewah? Karena mereka yang disebutkan dalam hadits tersebut beramal untuk menggapai harta-harta tadi, bukan untuk mengharap wajah Allah. Demikianlah sehingga mereka disebut hamba dinar, dirham dan seterusnya. Adapun orang yang beramal karena ingin mengharap wajah Allah semata, mereka itulah yang disebut hamba Allah (sejati).

Di antara tanda bahwa mereka beramal untuk menggapai harta-harta tadi atau ingin menggapai dunia disebutkan dalam sabda Nabi _shallallahu ‘alaihi wa sallam_ selanjutnya: *_“Jika diberi, dia pun ridho. Namun jika tidak diberi, dia pun tidak ridho (murka), dia akan celaka dan kembali binasa”_*. 

Hal ini juga yang dikatakan kepada orang-orang munafik sebagaimana dalam firman Allah,
وَمِنْهُمْ مَنْ يَلْمِزُكَ فِي الصَّدَقَاتِ فَإِنْ أُعْطُوا مِنْهَا رَضُوا وَإِنْ لَمْ يُعْطَوْا مِنْهَا إِذَا هُمْ يَسْخَطُونَ
*_“Dan di antara mereka ada orang yang mencelamu tentang (distribusi) zakat; jika mereka diberi sebahagian dari padanya, mereka bersenang hati, dan jika mereka tidak diberi sebahagian dari padanya, dengan serta merta mereka menjadi marah.”_* (QS. At Taubah: 58)

Itulah tanda seseorang dalam beramal hanya ingin menggapai tujuan dunia. Jika dia diberi kenikmatan dunia, dia ridho. Namun, jika kenikmatan dunia tersebut tidak kunjung datang, dia akan murka dan marah. Dalam hatinya seraya berujar, “Sudah sebulan saya merutinkan shalat malam, namun rizki dan usaha belum juga lancar.” Inilah tanda orang yang selalu berharap dunia dengan amalan sholehnya.

Adapun seorang mukmin, jika diberi nikmat, dia akan bersyukur. Sebaliknya, jika tidak diberi, dia pun akan selalu sabar. Karena orang mukmin, dia akan beramal bukan untuk mencapai tujuan dunia. Sebagian mereka bahkan tidak menginginkan mendapatkan dunia sama sekali. Diceritakan bahwa sebagian sahabat tidak ridho jika mendapatkan dunia sedikit pun. Mereka pun tidak mencari-cari dunia karena yang selalu mereka harapkan adalah negeri akhirat. Semua ini mereka lakukan untuk senantiasa komitmen dalam amalan mereka, agar selalu timbul rasa harap pada kehidupan akhirat. Mereka sama sekali tidak menyukai untuk disegerakan balasan terhadap kebaikan yang mereka lakukan di dunia.

Akan tetapi, barangsiapa diberi dunia tanpa ada rasa keinginan sebelumnya dan tanpa ada rasa tamak terhadap dunia, maka dia boleh mengambilnya. Sebagaimana hal ini terdapat dalam hadits dari ‘Umar bin Khottob,
قَدْ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُعْطِينِى الْعَطَاءَ فَأَقُولُ أَعْطِهِ أَفْقَرَ إِلَيْهِ مِنِّى. حَتَّى أَعْطَانِى مَرَّةً مَالاً فَقُلْتُ أَعْطِهِ أَفْقَرَ إِلَيْهِ مِنِّى. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « خُذْهُ وَمَا جَاءَكَ مِنْ هَذَا الْمَالِ وَأَنْتَ غَيْرُ مُشْرِفٍ وَلاَ سَائِلٍ فَخُذْهُ وَمَا لاَ فَلاَ تُتْبِعْهُ نَفْسَكَ ».
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan suatu pemberian padaku.” Umar lantas mengatakan, _“Berikan saja pemberian tersebut pada orang yang lebih butuh (lebih miskin) dariku. Sampai beberapa kali, beliau tetap memberikan harta tersebut padaku.”_ Umar pun tetap mengatakan, _“Berikan saja pada orang yang lebih butuh (lebih miskin) dariku.”_ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, *_“Ambillah harta tersebut dan harta yang semisal dengan ini di mana engkau tidak merasa mulia dengannya dan sebelumnya engkau pun tidak meminta-mintanya. Ambillah harta tersebut. Selain harta semacam itu (yang di mana engkau punya keinginan sebelumnya padanya), maka biarkanlah dan janganlah hatimu bergantung padanya.”_*  (HR. Bukhari dan Muslim).

Sekali lagi, begitulah orang beriman. Jika dia diberi nikmat atau pun tidak, amalan sholehnya tidak akan pernah berkurang. Karena orang mukmin sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya. Adapun orang yang selalu mengharap dunia dengan amalan sholehnya, dia akan bersikap berbeda. Jika dia diberi nikmat, baru dia ridho. Namun, jika dia tidak diberi, dia akan murka dan marah. Dia ridho karena mendapat kenikmatan dunia. Sebaliknya, dia murka karena kenikmatan dunia yang tidak kunjung menghampirinya padahal dia sudah gemar melakukan amalan sholeh. Itulah sebabnya orang-orang seperti ini disebut hamba dunia, hamba dinar, hamba dirham dan hamba pakaian.

🔥 *Beragamnya Niat dan Amalan Untuk Menggapai Dunia*

Niat seseorang ketika beramal ada beberapa macam:
✔ *[Pertama]* Jika niatnya adalah murni untuk mendapatkan dunia ketika dia beramal dan sama sekali tidak punya keinginan mengharap wajah Allah dan kehidupan akhirat, maka orang semacam ini di akhirat tidak akan mendapatkan satu bagian nikmat pun. Perlu diketahui pula bahwa amalan semacam ini tidaklah muncul dari seorang mukmin. Orang mukmin walaupun lemah imannya, dia pasti selalu mengharapkan wajah Allah dan negeri akhirat.

✔ *[Kedua]* Jika niat seseorang adalah untuk mengharap wajah Allah dan untuk mendapatkan dunia sekaligus, entah niatnya untuk kedua-duanya sama atau mendekati, maka semacam ini akan mengurangi tauhid dan keikhlasannya. Amalannya dinilai memiliki kekurangan karena keikhlasannya tidak sempurna.

✔ *[Ketiga]* Adapun jika seseorang telah beramal dengan ikhlash, hanya ingin mengharap wajah Allah semata, akan tetapi di balik itu dia mendapatkan upah atau hasil yang dia ambil untuk membantunya dalam beramal (semacam mujahid yang berjihad lalu mendapatkan harta rampasan perang, para pengajar dan pekerja yang menyokong agama yang mendapatkan upah dari negara setiap bulannya), maka tidak mengapa mengambil upah tersebut. Hal ini juga tidak mengurangi keimanan dan ketauhidannya, karena semula dia tidak beramal untuk mendapatkan dunia. Sejak awal dia sudah berniat untuk beramal sholeh dan menyokong agama ini, sedangkan upah yang dia dapatkan adalah di balik itu semua yang nantinya akan menolong dia dalam beramal dan beragama. (Lihat Al Qoulus Sadiid, 132-133)

Adapun amalan yang seseorang lakukan untuk mendapatkan balasan dunia ada dua macam:
✅1. [Pertama] *Amalan yang tidak disebutkan di dalamnya balasan dunia. Namun seseorang melakukan amalan tersebut untuk mengharapkan balasan dunia, maka semacam ini tidak diperbolehkan bahkan termasuk kesyirikan.*
-Misalnya: _Seseorang melaksanakan shalat Tahajud. Dia berniat dalam hatinya bahwa pasti dengan melakukan shalat malam ini, anaknya yang akan lahir nanti adalah laki-laki. Ini tidak dibolehkan karena tidak ada satu dalil pun yang menyebutkan bahwa dengan melakukan shalat Tahajud akan mendapatkan anak laki-laki._

✅2. [Kedua] *Amalan yang disebutkan di dalamnya balasan dunia*. 
-Contohnya adalah silaturrahim dan berbakti kepada kedua orang tua. Semisal silaturrahim, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ لَهُ فِى رِزْقِهِ وَيُنْسَأَ لَهُ فِى أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
*_“Barangsiapa senang untuk dilapangkan rizki dan dipanjangkan umurnya, maka jalinlah tali silaturrahim (hubungan antar kerabat).”_* (HR. Bukhari dan Muslim)

Jika seseorang melakukan amalan semacam ini, namun hanya ingin mengharapkan balasan dunia saja dan tidak mengharapkan balasan akhirat, maka orang yang melakukannya telah terjatuh dalam kesyirikan. Namun, jika dia melakukannya tetap mengharapkan balasan akhirat dan dunia sekaligus, juga dia melakukannya dengan ikhlash, maka ini tidak mengapa dan balasan dunia adalah sebagai tambahan nikmat untuknya karena syari’at telah menunjukkan adanya balasan dunia dalam amalan ini.

🔮 *Perbedaan dan Kesamaan Beramal untuk Meraih Dunia dengan Riya’*

Syaikh Muhammad At Tamimi –rahimahullah- membawakan pembahasan ini dalam Kitab Tauhid pada Bab *“Termasuk kesyirikan, seseorang beribadah untuk mencari dunia”*. Beliau –rahimahullah- membawakannya setelah membahas riya’. Kenapa demikian?

Riya’ dan beribadah untuk mencari dunia, keduanya sama-sama adalah amalan hati dan terlihat begitu samar karena tidak nampak di hadapan orang banyak. Namun, Keduanya termasuk amalan kepada selain Allah Ta’ala. Ini berarti keduanya termasuk kesyirikan yaitu syirik khofi (syirik yang samar).  Keduanya memiliki peredaan. Riya’ adalah beramal agar dilihat oleh orang lain dan ingin tenar dengan amalannya. Sedangkan beramal untuk tujuan dunia adalah banyak melakukan amalan seperti shalat, puasa, sedekah dan amalan sholeh lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan balasan segera di dunia semacam mendapat rizki yang lancar dan lainnya.

Tetapi perlu diketahui, para ulama mengatakan bahwa amalan seseorang untuk mencari dunia lebih nampak hasilnya daripada riya’. Alasannya, kalau seseorang melakukan amalan dengan riya’, maka jelas dia tidak mendapatkan apa-apa. Namun, untuk amalan yang kedua, dia akan peroleh kemanfaatan di dunia. Akan tetapi, keduanya tetap saja termasuk amalan yang membuat seseorang merugi di hadapan Allah Ta’ala. Keduanya sama-sama bernilai syirik dalam niat maupun tujuan. Jadi kedua amalan ini memiliki kesamaan dari satu sisi dan memiliki perbedaan dari sisi yang lain.

💎 *Kenapa Engkau Tidak Ikhlash Saja dalam Beramal?*

Sebenarnya jika seseorang memurnikan amalannya hanya untuk mengharap wajah Allah dan ikhlash kepada-Nya niscaya dunia pun akan menghampirinya tanpa mesti dia cari-cari. Namun, jika seseorang mencari-cari dunia dan dunia yang selalu menjadi tujuannya dalam beramal, memang benar dia akan mendapatkan dunia tetapi sekadar yang Allah takdirkan saja. Ingatlah ini … !!

Semoga sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bisa menjadi renungan bagi kita semua,
مَنْ كَانَتِ الآخِرَةُ هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ غِنَاهُ فِى قَلْبِهِ وَجَمَعَ لَهُ شَمْلَهُ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِىَ رَاغِمَةٌ وَمَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ جَعَلَ اللَّهُ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَفَرَّقَ عَلَيْهِ شَمْلَهَ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلاَّ مَا قُدِّرَ لَهُ
*_“Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai akhirat, maka Allah akan memberikan kecukupan dalam hatinya, Dia akan menyatukan keinginannya yang tercerai berai, dunia pun akan dia peroleh dan tunduk hina padanya. Barangsiapa yang niatnya adalah untuk menggapai dunia, maka Allah akan menjadikan dia tidak pernah merasa cukup, akan mencerai beraikan keinginannya, dunia pun tidak dia peroleh kecuali yang telah ditetapkan baginya.”_* (HR. Tirmidzi no. 2465. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat penjelasan hadits ini di *Tuhfatul Ahwadzi*, 7/139)

Marilah –saudaraku-, kita ikhlashkan selalu niat kita ketika kita beramal. Murnikanlah semua amalan hanya untuk menggapai ridho Allah. Janganlah niatkan setiap amalanmu hanya untuk meraih kenikmatan dunia semata. Ikhlaskanlah amalan tersebut pada Allah, niscaya dunia juga akan engkau raih. *Yakinlah hal ini …!!*

Semoga Allah selalu memperbaiki aqidah dan setiap amalan kaum muslimin. Semoga Allah memberi taufik dan hidayah kepada mereka ke jalan yang lurus.

_Alhamdulillahilladzi bi ni’matihi tatimmush sholihaat. Wa shallallahu ‘ala nabiyyina Muhammad wa ‘ala wa alihi wa shohbihi wa sallam_.

📚Rujukan:
- *Al Qoulus Sadiid Syarh Kitab At Tauhid*, Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As Sa’di, Wizarotusy syu’un Al Islamiyyah wal Awqof wad Da’wah wal Irsyad-Al Mamlakah Al ‘Arobiyah As Su’udiyah.

- *I’aanatul Mustafid bi Syarhi Kitabit Tauhid*, Sholeh bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan.

- *At Tamhid li Syarhi Kitabit Tauhid*, Sholeh bin ‘Abdul Aziz Alu Syaikh, Daar At Tauhid.

- *Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim*, Abul Fida’ Isma’il bin ‘Umar bin Katsir Al Qurosyi Ad Dimasyqi, Tahqiq: Saami bin Muhammad Salamah, Dar Thobi’ah Lin Nasyr wat Tauzi’.

- *Tuhfatul Ahwadzi bi Syarhi Jaami’it Tirmidzi*, Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdirrahim Al Mubarakfuriy Abul ‘Alaa, Darul Kutub Al ‘Ilmiyyah, Beirut.

****

✍🏻Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal

🌐Sumber: https://rumaysho.com

➖➖➖
  
Repost by :  
👥 www.sandihardiansyah123.blogspot.com